BENCANA ALAM
KEBUMIAN DI INDONESIA
Benua
maritim Indonesia merupakan daerah pembentukan awan konvektif jenis cumulus
yang paling aktif. Wilayah Indonesia menerima panas sensibel dan panas laten
dalam jumlah besar, sehingga awan konvektif jenis cumulus sangat dominan,
jumlah hari guruh berkisar antara 100 dan 200 per tahun. Elektrifikasi awan
guruh disebabkan oleh efek termoelektrik dalam es, dan oleh medan listrik yang
berarah kebawah sehingga pertikel-pertikel awan dan presipitasi dipolarisasikan
dengan muatan positif pada bagian bawah dan muatan negative pada bagian atas
partikel.
Dua
sabuk seismik yaitu Lingkar Pasifik dan Mediteran atau Alpide, keduanya bertemu
di Irian. Gerakan kerak bumi yang dikaitkan dengan gelombang seismik di ukur oleh
seismograf. Ada 3 jenis gelombang seismik
a.
Gelombang primer atau gelombang P, termasuk
gelombang tercepat
b.
Gelombang sekunder atau gelombang S, yang
lebih lambat dari gelombang P
c.
Gelombang permukaan atau gelombang Rayleigh
dan Love yang sangat lambat
Gempa tektonik sering menimbulkan kerusakan
dan korban jiwa, sedangkan gempa vulkanik dan gempa runtuhan mempunyai
intensitas lemah.
Gempa di Yogyakarta |
Tsunami adalah istilah Jepang yang berarti
gelombang laut atau serangkaian gelombang yang dihasilkan oleh gerakan kerak
bumi yang mendadak, misalnya dalam gempa bumi. Tsunami disebut juga gelombang
pasang (tidal wave). Pada hari Minggu
26 Desember 2004 jam 09.00 WIB, gelombang tsunami menghantam Negara-negara Asia
yaitu Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Malaysia, Thailand, Myanmar,
Bangladesh, Srilanka, India, Maladewa, dan afrika Timur, yaitu Somalia, Kenya,
dan Tansania. Gelombang tsunami kali ini adalah yang terbesar spanjang sejarah
dengan menelan korban penduduk Asia sekitar 160.000 jiwa dan Afrika sekitar 300
jiwa. Korban jiwa di Indonesia (Aceh, Sumatera Utara, dll.) diduga 124.000 mati
dan sekitar 12.500 orang dinyatakan hilang. Pusat gempa berada di laut pada
posisi geografis 2,90 LU – 95,60BT atau sekitar 149 km di
sebelah selatan kota Meulaboh (Aceh Barat) dengan kekuatan gempa mencapai 10,0
SR
Tsunami |
Meskipun wilayah Indonesia memiliki gaya
Coriolis kecil, tetapi efek siklon tropis dapat mempengaruhi kondisi cuaca di
Indonesia, terutama vurah hujan dan angin. Siklon tropis mula-mula muncul
sebagai gangguan tropis, kemudian meningkat menjadi depresi tropis jika
kecepatan angin mencapai 20 knot (1 knot = 0,5 m/s), selanjutnya meningkat
menjadi badai tropis jika kecepatan angin antara 34 dan 64 knot, dan akhirnya
menjadi siklon tropis jika kecepatan angina melebihi 64 knot. Setiap tahun
muncul 80-100 siklon tropis yang menimbulkan kematian rata-rata 20.000 jiwa dan
kerugian ekonomi mencapai 7 milyar dollar AS
Siklon Tropis |
Kekeringan (drought) adalah kesenjangan antara air yang tersedia dengan air
yang diperlukan, sedangkan ariditas (kondisi kering) diartika sebagai kondisi
dengan jumlah curah hujan sedikit. Kekeringan disebabkan oleh subsidensi yang
menghalangi pembentukan awan sehingga terjadi defisiensi (kekurangan) curah
hujan. Dalam peristiwa El Nino terjadi subsidensi di atas Indonesia dan awan
hujan bergeser di Pasifik Tengah, sehingga di Indonesia mengalami kekeringan
dan musim kemarau panjang. Di daerah monsun bencana kekeringan dan banjir hampir
periodik, karena monsun adalah fenomena periodik.
Kekeringan |
Sebab utama bencana banjir adalah faktor meteorologis
terutama curah hujan, distribusi dan durasi hujan. Sifat fisis permukaan tanah,
misalnya kadar air tanah, tanah gundul, tanah lereng juga di tentukan
terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. Baik awan konvergensi maupun awan
siklon tropis mempunyai system cuaca skala meso atau makro yang dapat
menyebabkan banjir skala luas jika terjadi ketidakseimbangan antara curah
hujan, infiltrasi, dan limpasan, terutama jika drainase (saluran air) tidak
berfungsi dengan baik. Wilayah Indonesia dilalui oleh daerah konvergensi antar
tropis yang bergerak ke sebelah utara atau selatan ekuator mengikutu gerak semu
matahari.
Banjir |