"Go Green.. Fallin in Love With Your Climate..:)

Daftar Isi

NASA: MANUSIA MENDARAT DI MARS SEKITAR TAHUN 2030

Selasa, 29 April 2014



NASA membeberkan rencana jangka panjang untuk pendaratan manusia di Mars pada 2030-an.

Lanskap permukaan Planet Mars. (Thinkstockphoto)
William H Gerstenmaier, pengelola NASA bidang eksplorasi dan kegiatan manusia, mengikuti langkah-langkah program Mercury dan Gemini NASA, keduanya mencari jalan untuk menempatkan manusia di bulan dengan misi Apollo.

Pada hari Rabu (9/4), di depan sub komite Senat Perdagangan, Sains dan Transportasi, mengatakan NASA mengambil langkah "yang akan memungkinkan manusia mencapai kemajuan berkelanjutan untuk kehadiran manusia di permukaan Mars."
"Kami sedang membuat perangkat keras untuk jalan menuju Mars," kata Gerstenmaier pada para senator.

Pada tahun 2017, contohnya, badan tersebut berencana melakukan tes roket Space Launch System (SLS) tanpa awak dan kendaraan kru serbaguna, yang akan digunakan untuk membawa astronot ke Mars.

Langkah awal menuju Mars termasuk misi "Earth-reliant" ("bergantung pada Bumi") seperti Stasiun Luar Angkasa Internasional, mendarat di asteroid di orbit bulan, dan akhirnya, misi "Mars-ready" atau siap menuju Mars.
Di tahap pertama ini, NASA, bersama mitra internasional dan badan swasta, akan melakukan penelitian tentang bagaimana menjaga agar kru luar angkasa selamat dan produktif selama penerbangan luar angkasa.

Upaya gabungan ini juga akan mengeksplorasi bagaimana membawa kargo dan kru dengan biaya yang terjangkau ke orbit rendah Bumi. Langkah besar ini telah disetujui oleh subkomite DPR kemarin.
Misi ini mengharuskan NASA untuk mengarahkan sebuah asteroid ke orbit bulan, mendaratkan astronot di asteroid, dan kembali dengan selamat ke Bumi.

"Kami akan mengambil bagian dari sistem tata surya, kami akan membelokkannya ke sekitar bulan dan memasukkannya ke dalam orbit retrograde sekitar bulan di mana kru kami bisa berkunjung," kata Gerstenmaier.
Misi ini akan mengembangkan keahlian dan teknik yang dibutuhkan untuk menempatkan keberadaan manusia ke sistem planet selain Bumi di Tata Surya.

Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/nasa-manusia-mendarat-di-mars-sekitar-tahun-2030

DI LUAR ANGKASA, AIR SENI ASTRONOT SANGAT BERHARGA



Pemrosesan air kencing sebagai minuman dapat menekan biaya, karena mengirim air dari bumi ke stasiun luar angkasa memerlukan biaya besar

Baru-baru ini jurnal ACS Sustainable Chemistry & Engineering melansir, peneliti menemukan sistem baru untuk mendaur-ulang limbah astronot, yaitu air kencing mereka. Daripada membuang limbah itu ke luar, teknik ini dapat mengubah limbah itu menjadi keuntungan, dengan mengonversinya sebagai energi dan minuman.

Eduardo Nicolau, Carlos R. Cabrera dan kolega mengemukakan, limbah manusia dapat mengotori luar angkasa, jika diendapkan secara jangka panjang. Penelitian sebelumnya menunjukan, penanggulangan limbah menggunakan forward osmosis dan sel bahan bakar dapat menghasilkan energi baru.

Hal tersebut akhirnya menginspirasi tim Nicolau untuk membuat sistem daur ulang yang mengubah air kencing di luar angkasa. Menggunakan forward osmosis, Nicolau menyaring urea sebagai komponen terbesar air kencing, dan memisahkannya dengan air.

Selanjutnya melalui UBE atau Urea Bioreactor System, urea dapat dikonversi menjadi amonia menggunakan bioreaktor. Setelah menjadi amonia, sel bahan bakar akan mengubahnya menjadi energi. Dengan adanya sistem daur ulang yang mengubah air kencing di luar angkasa, saat persediaan air menipis, kencing yang sudah diproses nantinya akan menjadi sumber minuman para astronot.

Pemrosesan air kencing sebagai minuman juga dapat menekan biaya, karena mengirim air dari bumi ke stasiun luar angkasa memerlukan biaya besar. Sistem ini memang diperuntukkan untuk misi luar angkasa. Kenyataannya, menurut para ilmuwan, sistem UBE juga dapat digunakan untuk pengolahan limbah manusia, terkait dengan urea dan amonia.

Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/di-luar-angkasa-air-seni-astronot-sangat-berharga



SECUIL GERHANA MATAHARI UNTUK INDONESIA



Wilayah di bawah garis hijau merupakan area yang dilewati Gerhana Matahari Sebagian di Indonesia. (Kredit: Solar Eclipse Maestro)
Mengawali musim gerhana tahun 2014, Gerhana Bulan Total sudah berlalu. Dan gerhana kedua di tahun 2014 akan kita jelang.
Gerhana kedua di musim gerhana, tapi juga merupakan gerhana Matahari pertama di tahun 2014. 29 April 2014, sebagian kecil masyarakat di Bumi akan bisa menikmati Gerhana Matahari Sebagian. Sedangkan sajian utama dari gerhana ini yakni Cincin Api Matahari hanya bisa dinikmati oleh penguin di Antartika!

Gerhana Matahari terjadi saat Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, sehingga cahaya Matahari ke Bumi akan terhalang oleh Bulan. Pada saat Bulan melintas di antara Bumi dan Matahari, ada kalanya seluruh cahaya Matahari dihalangi Bulan sehingga terjadi Gerhana Matahari Total, dan ada kalanya juga hanya sebagian cahaya Matahari yang terhalang sehingga pengamat di Bumi yang berada dalam jalur gerhana masih bisa melihat sebagian piringan Matahari.

Bulan yang berdiameter 3476 km, bergerak mengelilingi Bumi dalam lintasan elips sehingga jarak antara Bumi dan Bulan bervariasi dari jarak rata-ratanya yakni 384460 km. Variasi jarak Bumi - Bulan bisa mencapai maksimum 406767 km dan jarak minimumnya adalah 356395 km. Kombinasi diameter Bulan dengan jarak Bumi - Bulan menyebabkan piringan Bulan di langit atau diameter sudut Bulan juga bervariasi dari 29' 22'' sampai dengan 33' 31''. Rata-rata ukuran diameter sudut Bulan 31' 5''.

Selain Gerhana Matahari Total (GMT) dan Gerhana Matahari Sebagian (GMS), ada juga Gerhana Matahari Cincin (GMC), yang terjadi saat piringan Bulan yang menghalangi cahaya Matahari lebih kecil dari piringan Matahari. Akibatnya, Bulan menghalangi sebagian besar cahaya Matahari, menyisakan lingkaran cincin Matahari yang tidak tertutupi piringan Bulan seperti yang akan terjadi pada 29 April ini.

GMC 29 April 2014 merupakan gerhana istimewa dalam seri Saros 148, karena ia merupakan gerhana cincin pertama dalam seri tersebut. Gerhana Matahari Cincin dalam seri Saros 148 akan berganti menjadi Gerhana Hibrid pada 20 Mei 2050 dan gerhana total pertamanya akan terjadi pada 31 Mei 2068.

Gerhana Matahari Sebagian bisa dinikmati oleh sebagian penduduk Bumi di Samudera Hindia, selatan Indonesia, dan Australia.

Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/secuil-gerhana-matahari-untuk-indonesia

KAPAN OKSIGEN MUNCUL DI BUMI?

Sabtu, 19 April 2014



Permulaan oksigen muncul di muka Bumi masih jadi perdebatan ilmuwan.

NASA
Jauh sebelum perubahan iklim yang dirasakan manusia di Bumi hari ini, pada lebih dari 2 miliar tahun lampau, sebenarnya di Bumi ini telah berlangsung peperangan kimiawi.
Sebelum tumbuhan mengetahui fotosintesis, organisme uniseluler harus bertahan hidup dari senyawa-senyawa kimia: hidrogen, metana, belerang, dan sebagainya.
Hidup tanpa oksigen, bakteri anaerob terus mengalami keracunan, hingga proses evolusi ganggang hijau-biru sianobakteri(cyanobacteria) yang mengembangkan fotosintesis dan mulai mengembuskan oksigen.
Gas yang sangat reaktif—berpadu logam-logam serta protein— di dalam sel anaerobik, membunuh mereka. Tapi sianobakteri malah dapat pesat berkembang, mengubah sinar matahari jadi gula dan membuang sejumlah besar oksigen sebagai limbahnya.
Kadar oksigen di bebatuan naik secara mendadak pada 2,5 miliar tahun yang lalu — lonjakan yang dikenal sebagai "Great Oxidation Event" (GOE). Lonjakan ini yang telah lama dipegang sebagai bukti kapan waktu sianobakteri mulai berfotosintesis.
Namun sebuah studi peneliti geokimia Yale University Noah Planavsky dan rekan-rekan yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada 23 Maret, mengumpulkan data-data dengan teknik baru dan mengatakan ada indikasi oksigen yang memproduksi kehidupan aerob sudah ada lebih lama lagi dari GOE.
Kini banyak peneliti yang berpikir, organisme ada di Bumi sejak 3 miliar tahun lalu. Dan ibarat ahli restorasi karya seni menemukan imaji tersembunyi di balik sebuah lukisan, ilmuwan pun menemukan gambar baru kapan Bumi pertama kali 'bernapas'.
Temuan para peneliti ini melecut debat baru: apakah mikroba yang membuat planet kita ini bernapas, atau perubahan lingkungan yang mendorong planet menjadi kaya oksigen? Jawaban masih relatif.
Kemungkinannya; Bumi itu sendiri yang memainkan peran dalam peningkatan kadar oksigen. Sebab secara geologis, Bumi berubah. Benua meluas, erosi pada kerak Bumi, dan perubahan sifat gunung berapi — semua ini artinya memuntahkan keluar gas.
Pergeseran-pergeseran tersebut dapat menciptakan perubahan pada udara (atmosfer) Bumi, seiring dengan apa yang dilakukan sianobakteri.
"Yang menarik pula untuk studi kami ini, yaitu mencoba menerangkan tentang peranan aspek biologis versus aspek geologis pada titik balik besar sejarah Bumi," ujar Planavsky.
Bumi merupakan satu-satunya planet di sistem keplanetan Tata Surya yang memiliki gas O2dalam konsentrasi tinggi.

(Gloria Samantha. Sumber: Live Science's Our Amazing Planet, Nature)
Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/03/kapan-oksigen-muncul-di-bumi

KAPAN BULAN LAHIR DI ALAM SEMESTA?

Itu adalah pertanyaan sederhana, tetapi sulit untuk menjawabnya.
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) terpotret melintasi bulan sabit. | Juan Gonzalez-Alicea
Kapan Bulan lahir di alam semesta? Pertanyaan sederhana, tetapi sulit untuk menjawabnya.
Beberapa upaya untuk mengetahui waktu kelahiran Bulan telah dilakukan, diantaranya dengan memerkirakan waktu sebuah benda seukuran Mars menumbuk Bumi.
Bulan terbentuk saat benda sebesar Mars menumbuk Bumi. Debris dari benda langit tersebut mengumpul dan membentuk Bulan.
Diprediksi, Bulan lahir antara 30 juta tahun setelah Tata Surya (4,5 miliar tahun lalu) hingga 100 juta tahun setelah Bimasakti (13,6 miliar tahun lalu).
Dengan mengkonstruksi "jam geologi", Seth Jacobson dari Observatoire de la Cote Azur di Nice, Perancis, berhasil mengungkap waktu kelahiran Bulan dengan lebih pasti.
Jacobson menentukan umur Bulan dengan pengukuran umur interior Bumi dipadu dengan simulasi komputer tentang proses pembentukan planet di Tata Surya.
Diuraikan situs IFLScience.com, Jumat (4/4), Jacobson membuat simulasi pembentukan planet terestrial Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars dari protoplanet yang mengorbit Matahari.
Dengan menganalisis 259 simulasi yang dibuat, Jacobson menemukan relasi antara waktu Bumi ditumbuk dengan material yang ditambahkan pada Bumi dalam peristiwa itu.
Material yang ditambahkan pada Bumi berasal dari obyek yang menumbuk Bumi. Saat obyek menumbuk, permukaan Bumi meleleh.
Unsur besi di permukaan Bumi kemudian "tenggelam", membawa unsur siderophile atau yang cenderung berikatan dengan besi, seperti platinum dan iridium.
Berdasarkan analisis Jacobson, Bulan terbentuk antara 63 juta hingga 127 juta setelah pembentukan Tata Surya.
Dengan demikian, umur Bulan menurut analisis Jacobson lebih muda dari umur menurut analisis dengan uranium.
Riset Javobson juga menandai adanya "jam geologi" pertama tentang pembentukan planet di Tata Surya, sekaligus penanggalan Bulan yang tak tergantung pada analisis radioaktif.

(Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com)
Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/kapan-bulan-lahir-di-alam-semesta

DITEMUKAN, PLANET BARU SEUKURAN BUMI

Planet yang baru ditemukan tampak bisa menampung kehidupan, menurut sekelompok astronom internasional.

Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Sebuah planet yang baru ditemukan tampaknya pas untuk menampung kehidupan, menurut sekelompok astronom internasional.
Mengorbiti sebuah bintang yang berjarak sekitar 500 tahun cahaya, planet yang disebut Kepler-186f itu berukuran mirip dengan Bumi. Ia mengorbiti bintang pada jarak yang tepat untuk air di permukaan, yang penting untuk kehidupan.
Namun planet itu tidak serupa dengan Bumi, menurut ilmuwan keplanetan NASA Elisa Quintana.
"Lebih kepada sepupu Bumi, bukan kembaran Bumi. Karakteristiknya sama, namun bintang induknya sangat berbeda," ujarnya.
Kepler-186f mengorbiti bintang yang lebih kecil dan lebih dingin daripada matahari kita.
Namun, dalam tulisan pada jurnal Science, para astronom mengatakan planet tersebut tampak relatif lebih dekat dibandingkan dengan sebagian besar ratusan planet yang telah ditemukan selama ini.
Beberapa adalah planet raksasa berselimut gas dengan atmosfer yang tebal, sementara yang lainnya mengorbit terlalu dekat dengan bintang mereka dan terlalu panas untuk kehidupan.
Dua planet yang ditemukan tahun lalu ada pada orbit yang tepat dan dapat menjadi kandidat-kandidat bagus bagi kehidupan, ujar Quintana, namun ukurannya lebih besar daripada Bumi.
"Untuk pertama kalinya, kita dapat mengatakan bahwa kita sekarang memiliki planet yang berukuran sama dengan Bumi dan mengorbit dalam zona bintang yang dapat ditinggali," ujarnya.
Langkah berikutnya adalah untuk mencari jejak-jejak kehidupan di atmosfer-atmosfer dunia yang jauh ini. Hal ini memerlukan teleskop antariksa yang lebih canggih. Namun pengurangan anggaran mengancam misi tersebut.
Meski demikian, Quintana yakin saat teleskop generasi mendatang dapat diluncurkan, manusia akan menemukan bahwa mereka tidak sendiri di alam semesta ini.
(Steve Baragona/VOA )
Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/ditemukan-planet-baru-seukuran-bumi